BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Stasiun Geofisika Mata Ie, Banda Aceh, melansir data gempa susulan yang terjadi setelah gempa 8,5 pada skala Richter yang terjadi Rabu (11/4) pukul 15.38 WIB. Hingga pukul 11.30 WIB, Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat 144 kali gempa susulan.
Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie, Syahnan, mengatakan, gempa susulan itu berkekuatan antara 5,0 pada skala Richter hingga 8,8 SR. Umumnya berpusat di kawasan Simeulue. Sedangkan beberapa kali gempa lainnya terjadi di dekat Sabang dan Aceh Jaya.
Syahnan menyebutkan, dari 144 kali gempa yang dicatat seismograf yang ada di Stasiun Geofisika Mata Ie, hingga pukul 11.30 WIB, Kamis (12/4), hanya 30 gempa saja yang bisa dirasakan manusia.
“Yang lain tidak dirasakan manusia. Tapi seismograf kami mencatat adanya gempa. Kekuatannya di bawah 5.0 SR,” ujar Syahnan ketika ditemui di kantornya di kawasan Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Gempa susulan itu terjadi, kata Syahnan, akibat patahan lempeng bumi Indo-Australia belum sepenuhnya berhenti. Apalagi energi yang dilepaskan pada gempa pertama cukup besar, 8,5 SR (sebelumnya BMKG mencatat 8,9 SR, namun kemudian direvisi menjadi 8,5 –red.).
Menurut Syahnan, gempa Rabu sore merupakan gempa tektonik yang terjadi akibat pergeseran patahan Indo-Australia. Berbeda dengan gempa 9,3 SR yang terjadi pada 26 Desember 2004 yang memicu tsunami, gempa sore kemarin disebabkan karena pergeseran patahan bumi terjadi secara horizontal.
“Waktu 2004 lalu, patahannya bergeser vertikal,” ujar Syahnan. []
Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie, Syahnan, mengatakan, gempa susulan itu berkekuatan antara 5,0 pada skala Richter hingga 8,8 SR. Umumnya berpusat di kawasan Simeulue. Sedangkan beberapa kali gempa lainnya terjadi di dekat Sabang dan Aceh Jaya.
Syahnan menyebutkan, dari 144 kali gempa yang dicatat seismograf yang ada di Stasiun Geofisika Mata Ie, hingga pukul 11.30 WIB, Kamis (12/4), hanya 30 gempa saja yang bisa dirasakan manusia.
“Yang lain tidak dirasakan manusia. Tapi seismograf kami mencatat adanya gempa. Kekuatannya di bawah 5.0 SR,” ujar Syahnan ketika ditemui di kantornya di kawasan Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Gempa susulan itu terjadi, kata Syahnan, akibat patahan lempeng bumi Indo-Australia belum sepenuhnya berhenti. Apalagi energi yang dilepaskan pada gempa pertama cukup besar, 8,5 SR (sebelumnya BMKG mencatat 8,9 SR, namun kemudian direvisi menjadi 8,5 –red.).
Menurut Syahnan, gempa Rabu sore merupakan gempa tektonik yang terjadi akibat pergeseran patahan Indo-Australia. Berbeda dengan gempa 9,3 SR yang terjadi pada 26 Desember 2004 yang memicu tsunami, gempa sore kemarin disebabkan karena pergeseran patahan bumi terjadi secara horizontal.
“Waktu 2004 lalu, patahannya bergeser vertikal,” ujar Syahnan. []